BUKU PRIMBON SEBAGAI PEDOMAN ADAT ISTIADAT
MASYARAKAT SRIKANDANG, KECAMATAN BANGSRI
KABUPATEN JEPARA
Buku
Primbon adalah salah satu buku yang memuat banyak hal didalamnya dari mulai
itungan hari kelahiran, pernikahan, membuat rumah pindah rumah sampai kematian,
Masyarakat Srikandang pada umumnya berprofesi sebagai petani,tukang kayu,
strata pendidikannyapun menengah kebawah dan masih banyak yang mempercayai hal-hal yang
bersifat Mistis dan tabu, rata-rata adat istiadat kejawen itu masih dipegang
teguh karena itu merupakan warisan dari nenek moyang, tidak sembarang orang
yang bisa memegang apalagi memiliki buku itu karena orang yang memegang buku itu
rata-rata adalah para normal atau Ahli tirakat, konon menurut kepercayaan
masyarakat setempat jika orang yang memegang buku itu tidak kuat atu tidak
mampu maka bisa gila, sebenarnya buku itu bukanlah warisan turun temurun
masyarakt setempat tapi buku itu adalah cetakan baru, meskipun cetakan baru isi
dan makna yang terkandung didalmnya
mempunyai Aura yang sangat besar, orang yang belum berumur 20 Tahun keatas
tidak dianjurkan untuk mempelajari buku itu karena dihawatirkan akan terjadi
hal yang tidak diinginkan,
Mbah Nuryahya salah satu Tokoh Spiritual Srikandang menuturkan, “
Islam Lan Kejawen iku ibarate sandal kiwo lan tengen” Maksud dari kalimat itu
adalah “ Ajaran Agama islam dan Adat istiadat Jawa itu diibaratkan Sandal kiri
dan kanan” beliau juga menyinggung masalah buku Primbon dan beliau juga
menuturkan “ Buku Primbon oleh di percoyo tapi ojo sampek diimanake, sebab
kabeh mau karek gusti dzat kang moho kuaos yoiku Allah Taa’la, Maksudnya Buku Pribon Boleh dipercaya tapi
jangan sampai terlalu dipercayai sepenuhnya karena semua itu adalah tergantung
dari Allah SWT.
Menurut Mbah Nur Hasan,“ Buku primbon iku isine totocoro adat
istiadat kejawen seng orak iso diowah-owah, lan manuso urep ono ing alam donya
iki yo ono seng gawe utowo nyeptakno, menuso diciptakno yo ora liyo namung
nyembah karo gusti Allah Taala, lan Buku Primbon diciptakno yo mung ora liyo
kanggo cekelan lan aturan mungguheng wong sesrawong karo liyan, Agomo islam Al
Quran kitabe, Kejawen Yoiku primbon lan Al Quran Dasare” Maksudnya adalah Buku
primbon itu berisi cara atau aturan-aturan adat istiadat jawa yang tidak bisa
dirubah-rubah, dan manusia hidup didunia ini ada yang menciptakan, Manusia
diciptakan tak lain adalah untuk menyembah Allah semata, dan buku primbon
diciptakan atau dibuat tidak lain untuk pegangan atau aturan untuk bergaul
dengan orang lain, Agama islam kitabnya adalah Al Quran, Kejawen yaitu Primbon
dan Al Quran Dasarnya.
Masyarakat Srikandang kecamatan Bangsri Kabupaten jepara memang Mayoritas
memeluk agama islam tapi kalau meninggalkan adat kebudayaan nenek moyang mereka
itu rasnya sulit, itu dibuktikan dari adat istiadat jawa yang masih melekat
pada masyarakat tersebut suatu contoh hari kelahiran saja itu ada yang namanya “
Petung Dino Rangkepan” Artinya adalah hitungan hari dobel, dengan
menggunakan patokan buku Primbon tersebut.
Dalam Buku
Primbon disebutkan hari dan Jumlah dobelannya atau pasarannya,
SABTU.
9. AHAD. 5. SENIN. 4. SELASA. 3. RABU.7. KAMIS. 8. JUMAT. 6.
PON. 7. WAGE. 4.KLIWON.8. LEGI.5. PAHING.9.
Dalam kitab primbon yang paling banyak dibahas
adalah masalah hari, baik hari kelahiran maupun hari –hari baik, dalam
melakukan sesuatu masyarakat pada umumnya sering menggunakan kitab primbon
untuk dijadikan rujukan dengan bertanya kepada sesepuh setempat, dalam kitab
primbon badaljemur adammakna juga disebutkan tentang hari kelahiran dan makna
hari tersebut:
Wataking Bayi miturut
dina naliko lahire (Watak bayi menurut hari kelahiran )
Ahad: Lakuneng serngenge, padhang atine, suka rila samu
barange mareng pawong sanake, keras budine, asih marang kawulo, resikan lan
nuraca, biso mprentah wong tuwo (jalannya matahari, terang hatinya, suka
memberi barang kepada orang lain dengan ikhlas , keras sifatnya, sayang dengan
orang lain, suka kebersihan dan pandai berdandan, bisa memerintah orang tua)
Senen: Lakune rembulan, ora keno digagampang wicarane,
demen marang penggawean bener, (
Jalannya Rembulan, tutur katanya tidak bisa disepelekan, senang dengan
perbuatan yang benar )
Slasa: Lakune geni, durjana rong prakoro,disengeti wong,
yen due sasanakan mung sedhela, suka rila, nanging jael dehwen panesten tan
antepan. (jalannya Api, dibenci orang, kalau punya temen itu
tidak awet, orangnya jail, iri hati dan berat memutuskan sesuatu)
Rebo: Lakuning bumi, yen bechik nkluwihi becike, ora
kurang sandang pangan, budhine meneng yen, clatu kepara ngarep,semangsa gelem
clathu kakudu-kudu. (Jalannya bumi, kalau baik melebihi
baiknya, tidak kekurangan harta benda, berjalan ingin didepan atau memimpin,
kalau mau memimpin itu semaunya sendiri )
Kemis: Lakuning angen lan gelap, sopo seng dadi jodhone
sering mati disek, akeh kang padha wedi maring wicarane, yen due rewang ora
biso awet, ora terus neng baten, panas atine, luweh brangasan, keno diapusi yen
diempok alos.(Jalannya angin dan kegelapan, siapa yang
menjadi jodohnya sering marameninggal dulu,
banyak yang takut dengan tutur katanya, jika berteman itu tidak tahan lama,
tidak mudah tersinggung, lebih keras sifatnya, mudah dirayu )
Jumuah: Lakuneng lintang, dhemen mandhito lan dhemen
mplarat, yen deduwen dijaluk sanak sadulure suka rila, dhemen ngupoya
kepinteran, ambeke alos, suko marang pawong sanake, akeh pawong mitrane padha
aseh. (Jalannya Bintang, suka berguru dan suka miskin, kalau
punya sesuatu diminta orang lain ikhlas, suka mencari ilmu, tidak suka
tergesa-gesa, suka pada tmen yang lain, banyak yang suka)
Setu: Lakuneng Banyu, kerep disatru wong, akeh mitrane uga
podo nyirek, serta kinaweden ing wong akeh, nangeng ono kayane, pinter ngupoyo
sandang pangan, dol tinuku geles payu, luweh banter gawene, sabarang pagawean
kudu mara tangan, enggal katandanga. (Jalannya Air, sering jadi
omongan orang, banyak temen yang menjauhinya, takut jika didepan umum, tapi ada
hasilnya pandai memelihara harta benda,
jualan cepet laku, pekerjaanya cepat, semua pekerjaan harus dilakukan
biar cepat selesai ).
Wataking bayi miturut lahire dina lan pasaran. (Sifat bayi menurut hari
kelahiran dan hari pasaran)
Jumuah kliwon: Yen lanang ora micara, mung sedengan
bae, yen wadon judas, marang wong lanang ngewani.(kalau laki-laki
tidak banyak bicara, kalau perempuan cerewet dan berani dengan laki-laki)
Setu legi: cukeng, pinter golek milik, nginguo jaran, wasis
serta sugih, (pandai mencari hak milik, peliharalah kuda, sombong dan
kaya)
Akad paing: pikire prayetno, semu diri piyangkuh koya samudra
jagad. (pemikirannya luas, tidak kelihatan batas keangkuhannya
seprti samudra di dunia)
Senen pon: manes
wicarane, biso ngenai piker sasamaning wong lan bisa golek rejeki. (gaya
bicaranya baik dan bagus, bisa menyenangkan hati sesama dan bisa mencari rizki)
Slasa wage: ora wicara yen wong wadon prayogo bisa simpen arta.(tidak
banyak bicara, kalau perempuan itu lebih bagus pandai menyimpan uang)
Rebo kliwon: wegig wicara, ing piker calimut marang wong wadon, mawi
rusuh watak pandhito.(tidak pandai dalam berbahasa, didalm
pikiran itu suka curi-curi pancang dari wanita, seperti guru yang yang berwatak
jelek)
Kemis legi: berpikir, yen wadon luwih cendholo, maring wong
lanang ngewani padu. (orangnya berfikir, kalau perempuan itu
lebih jahat, brani bertengkar dengan laki-laki).
Jumuah paing: meneng, yen busuk babar pisan,yen pinter
dadi panutane wong akeh, sugeh kepinteran.(pendiam, kalau
jahat itu lebih jahat, kalau pandai akan jadi orang yang dianut orang banyak
dan banyak ilmu).
Setu pon: biso kriyo gawene, yen lanang, yen
wadonbiso golek melik ambalubud.(kalau laki-laki mudah mencari kerjaan,
kalau perempuan bisa mencari perlengkapan kebutuhan sehari-hari ).
Akan wage: gedhe karepe,yen due pikerora keno dipalangi, yen
wadon ala. (keras kemauannya, jika mempunyai keinginan tidak bisa
dihalangi, kalau perempuan itu jahat).
Senen kliwon: anteng pikire,yen ijeh enom bandhel
sedhelo, yen wis tuo alos pikire. ( pikirannya tenang, ketika masih
muda agak bandel dan kalau sudah tua pemikirannya tenang).
Selasa Legi: kurang micara, yen juweh wegig,barang ingpikir
apik, kaporo ngutuh, pikire banter
,( tidak banyak bicara, kalau
bacara ngak terkontrol, sesuatu yang ada dipikirannya utuh, pahaman )
Rabu pahing: mungguh umpaan kapara diri, lumuh kungkulan,
satemene cocokan, pikire banter.( bias berdiri sendiri, orangnya
cocokan dalam mencari temen atau dalam bergaul, pahaman)
Kamis Pon: anteng pikire, piyangkuh, meneng, besus
samubarang ora ketara, piyangkuh gemi tegese.( pikirannya tenang, angkuh,
pendiam, kalau berguman itu tidak ada yang tau, lebih jelas karena
keangkuhannya).
Jumuah Wage: Bisa micara, juweh receh patitis, cetha nanging
cengkiling, hlan nanging erep kesandung (bias bicara jelas masuk akal mudah
dipahami tapi ringan tangan tapi sering tersandung masalah atau kasus)
Setu Kliwon: bodho ngaku pinter, lalen nangeng temen, lumuh
maju gawe (bodoh tapi
mengaku pandai, pelupa tapi bersemangat, malas dalam dalam bekerja)
Akad legi: lalen kurang wegig kepinterane, karemane madon,
kang padha laku ala penggawe ngiwa (pelupa kepandaiannya kurang memadai,
kepuasannya adalah mai dengan perempuan, sama berbuat jahat dan kerja dengan
tangan kiri)
Senen paing: murka marang penggawean samubarangsedhengan, yen
wadon pikire luweh prayogo (srakah dalam bekerja apa saja dan pas-pasan,
kalau perempuan pikirannya lebih bagus)
Slasa Pon: kurang piker, lumuh ing pekara, yen wadon sae,
prayogo sinelir ing priyayi (kurang akal, kalu wanita bagus
seperti kesukaan semua orang termasuk orang yang baik)
Rabu Wage: sedhengan barang pikire maju ing gawe, yen wadon cendholo
marang wonh lanang (pas-pasan dalam
memikirkan sesuatu, semangat dalam bekerja, kalau perempuan jahan dengan
lelaki)
Kamis Kliwon: Kurang pikire, pethel ing gawe, yen kalah gelo
jero batine langkung susah atine(pemikirannya kurang luas, rajin
dalam bekerja, kalau kalah nyesel didalam hati dan hatinya susah)
Jumuah Legi: elu-elu ora due piker dewe, yen kalah gelo jero
batine, langkung susah atine (tidak punya pedoman hanya
ikut-ikutan, kalua kalah hanya penyesesalan dalam batinnya dan susah hatinya )
Setu paing: lanang wadon biso golek melik, bisa simpen
wicara alus utowo agal (laki-laki maupu perempuan bias meraih apa yang
diharapkan, bisa, nyimpan kata-kata yang halus maupun yang keras, )
Akad Paing: kurang piker, pracoyo ing liyan, yen wong wadon
prayogo, biso simpen kayane, wong lanang (pemikirannya kurang, mudah percya
dengan orang lain, kalau perempuan lebih bagus bisa menyimpan hasil kerja dari
suaminya)
Senin Wage:kurang pikire, bregundung atine, wani
pakewoh,wani mati yen wadon becik.
(pemikirannya kurang, bergejolak hatinya, brani menanggung malu, brani
mati kalau wanita bagus atau benar )
Slasa Kliwon: yen busuk babar pisan, yen pinter dadi pujangga
utowo ulama.(kalau jahat lebih dari jahat, kalau pandai jadi
pujangga atau ulama)
Rebo Legi: lumrah prasaja, njaluk gelem, dijalui aweh,yen
wadon prayogo sabarang pikire.(wajar dalam berbuat, mau meminta,
jika dimintai memberi, kalau perempuan itu lebih baik banyak dan luas
pemikirannya)
Kemis Paing: tentrem anteng tan amikir,maju gawe
temen,dadi priyayi cedhak marang wong agung, samubarang gawene (tentrem
tenang dalam berpikir, maju serius dalam bekerja, jadi orang yang dekat dengan
pejabat, apa saja pekerjaannya)
Jumuah Pon: wegig sak jerone piker, yen nora keduga
mplengos, ewo atine kang ala (kurang pas dalam pemikiransuka
memendam sesuatu dalam hati, kalau tidak diperhatukan maka akan berpaling
dengan kata lain ingin selalu dperhatikan, malu kalau hatinya busuk )
Sabtu Wage: lalen pangrahitane, pikire sakjeroneng ati
kaku, lengus sadhelo nuli mari (pelupa, hatunya keras, sensitive tapi hanya
sementara)
Ahad Kliwon: murka sugih karep, yen wadon boros ung darbeke, (mempunyai
banyak keinginan, kalau perempuan boros)
Senin Legi: anteng ora demen micara, welu karepe, yen wadon
becik sabarang gawene (pendian tudak banyak bicara, sulit diketahui apa
maunya, kalau perempuan itu cocok dengan semua pekerjaan)
Selasa Paing: isinan kaku pikire andhap patrape, lumuh marang
penggawean yen wadon remen mengku kakunge (pemalu keras hatunya sopan,
suka dengan pekerjaan yang dilakukan, kalau perempuan suka merawat orang
tuanya)
Rabu Pon: kuat pikire sregep ing gawe, temen sedyane,
yen wadon gemi nanging kaku pikire (kuat pemikirannya rajin dalam bekerja,
kalau perempuan itu bagus tapi keras pemikirannya)
Kamis Wage: banter budhune, kuwat sabarang pakewo, yen wadon
pikire ora lilan (keras budi pekertinya, kuat menahan malu, kalau
perempuan tidak nerimanan)
Jadi orang yang lahir itu rata-rata dihitung dengan rumus itu, dan tidak
bisa diubah-ubah. Menurut buku Primbon Orang yang meninggal juga ada hari baik
dan buruknya, jika dihitung dengan rumus diatas kalau meninggalnya itu pada
hitungan genap maka keluarga yang yang ditinggalkan harus selamatan karena itu
dianggap sebagai bala’ atau mendatangkan mala petaka bagi keluarga dengan
menggunakan Ayam, dan ayam itu ditentukan tergantung harinya, tapi pada umumnya
menggunakan ayam tulak, yaitu sesui dengan namnya tulak atau sebagai penolak
bala’ atau malapetaka yang akan melanda kelurga yang ditinggalkan.
Buku primbon tidak hanya mejadi
pegangan Hidup semata tapi juga dijadikan sebagai tolok ukur kebribadian
seseorang dengan melihat ( neptu ) hari kelahiran di situ akan ditemukan dari
mulai watak, kepribadian, jodoh dan rizki seseorang dilihat dari hari kelahiran,
meskipun tidak semua masyarakat itu tau dan menguasai primbon tersebut, tapi
kalau masalah hitungan hari itu bisa dilakukan oleh siapa saja asal tau rumus
diatas. Dalam kehidupan sehari–hari masyarakat Srikandang pada umumnya
menggunakan Primbon dan masih memegang teguh norma-norma adatistiadat, jika ada
seseorang yang salah menghitung hari baik itu dalam melangsungkan pernikahan,
sunatan, atau membuat rumah maka akan ada bala atau malapetaka yang bisa
mendatangkan kematian, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan maka
tidak sembarang orang bisa memberi hari dalam upacara-upacara penting seperti
pernikahan, sunatan, ataupun membuat rumah, hari tersebut harus didapat dari
orang yang dituakan dan sudah benar-benar menguasai hal tersebut, kalau orang
Srikandang menyebutnya adalah Pandito (Dukun).
Jika mendengar nama desa tersebut maka akan terasa adat kejawennya, karena
dari masyarakat tersebut banyak Pandito (Dukun) terkenal, dalam satu desa itu
ada lebih dari 50 Dukun (para normal) yang beraliran kejawen, dan berpegang
teguh pada adat istiadat jawanya yaitu Primbon, banyak orang yang datang ke
srikandang untuk berguru dan mereka berharap bisa mewarisi ilmu yang dimiliki
orang tersebut, orang yang datang berguru atau meminta obat tidak hanya dari
tetangga desa saja tapi banyak juga yang datang dari luar kecamatan juga.
Para Pandito (Paranormal)
Srikandang, Kitab Primbon yang sering dijadikan rujukan adatistiadat, dan
sebagai landasan dalam bermasyarakat buku itu jumlahnya ada 11 jenis Buku
Primbon yaitu adalah:
- Kitab Primbon Badal jemur adammakna
bahasa jawa
- Kitab Primbon Lukmanakim Adammakna
- Kitab Primbon Atassadhur Adammakna
- Kitab Primbon Shahdhatsaahthir
Adammakna
- Kitab Primbon Bektijammal Adammakna
- Kitab Primbon Qomarrullsyamsi
Adammakna
- Kitab Primbon Naklassanjir
Adammakna
- Kitab Primbon Quraisyn Adammakna
- Kitab Primbon Ajimantrawara
- Kitab Primbon Badaljemur Adammakna
- Kitab Primbon Badaljemur Adammakna
1B
Dari sejumlah buku tersebut itu semua adalah cetakan
baru karena nenek moyang terdahulu
adalah tulisan tangan sehingga mudah hilang dan kebanyakan itu hanya hafalan
jadi kalau umurnya sudah tua maka akan muda lupa, untuk menghindari itu maka
banyak sesepuh masyarakat setempat berinisiatif untuk membeli dipasaran, karena
isi dan makna yang terkandung banyak kesamaan, tapi ada sebagian kecil para
Pandito (paranormal) Srikandang yang mempunyai Buku primbon itu turun temurun
dari nenek moyangnya tapi buku itu tidak dapat diperlihatkan kepada sembarang
orang dan pada hari-hari tertentu saja buku itu dapat dikeluarkan itupun jika
ada perlu atau ada upacara malam satu syuro, karena dalam buku primbon Kitab
Primbon Atassadhur Adammakna dijelaskan bahwa bulan syuro itu sangat sakral
bagi masyarakat Jawa Srikandang khususnya, Masyarakat setempat tidak pernah
mlaksanakan upacara pernikaha, sunatan, membuat rumah atau pindah rumah karena
dipercaya jika melanggar maka akan datang malapetaka yang dapat menjadikan
seseorang itu sakit dan sampai meninggal.
Dalam Kitab
Primbon Badaljemur Adammakna bulan yang baik dan buruk untuk melangsungkan
upacara Pernikahan sebagai berikut:
- Suro : tukar padu, nemu kerusakan (Aja diterak)
“ Maksudnya adalah jika melangsungkan pernikahan pada bulan ini maka kedua
mempelai akan sering bertengkar dan menemui kerusakan dalam rumah tangga.(Jangan
dilakukan)
- Sapar : Kekurangan, sugih utang, (Kena diterak)
“ Maksudny adalah jika melangsungkan pernikahan pada bulan ini maka kedua
mempelai akan kekurangan dan banyak hutang.(Boleh dilakukan)
- Mulud : Mati siji (Aja diterak) “ Maksudnya
adalah jika melangsungkan pernikahan dibulan ini maka kedua mempelai akan
menemui salah satu ada yang meninggal dunia.(Jangan lakukan)
- Rabingulakir: tansah dicatur lan nemu ujar
ala.(kena diterak) “ Maksudnya adalah jika melangsungkan pernikahan pada
bulan ini maka kedua mempelai akan menemui sering dibuat bahan pembicaraan
orang dan sering menemui kata-kata yang jelek atau sering didzalimi orang
lain,(Boleh dilakukan)
- Jumadil awal: kerep kelangan, kapusan, sugeh
satru,(kena diterak)” Maksudnya adalah jika melangsungkan upacara
pernikahan pada bulan ini maka kedua mempelai akan mengalami sering
kehilangan, sering kena tipu, banyak yang membencinya,(Boleh dilakukan)
- Jumadilakir: Sugih Mas salaka.” Maksudnya
adalah jika melangsungkan upacara pernikahan pada bulan ini maka kedua
mempelai akan kaya raya yang tiada terkira.
- Rejeb: Sugih anak lan slamet.” Maksudnya adalah
jika ada yang melangsungkan pernikahan pada bulan ini maka akan mempunyai
banyak keturunan dan selamat.
- Ruwah: Rahayu
ing sakabehe.” Maksudnya adalah jika melangsungkan pernikahan pada bulan ini
maka kedua mempelai akan mengalami ketenangan keluarga, banyak rizki dan
selamat.
- Pasa: Cilaka Gedhe, (Aja diterak)” Maksudnya
adalah jika melangsungkan pernikahan dibulan ini maka mempelai akan
mendapan bencara yang tak terkira,(jangan dilakukan)
- Sawal: Kekurangan, Sugih utang.(Aja diterak)”
Maksudnya dalah jika melangsungkan pernikahan dibulan ini maka kedua
mempelai akan mengalami kekurangan harta benda dan banyak hutang.(jangan
dilakukan).
- Dulkangidah: Gering, Kerep
pasulayan lan mitra, (kena diterak).” Maksudnya adalah jika melangsungkan
upacara pernikahan dibulan ini maka kedua mempelai akan Sering Sakit, dan
sering ngobral janji dengan orang lain.(Boleh Dilakukan).
- Besar: Sugih, nemu Suka harja”.Maksudnya adalah
jika melangsungkan upacara pernikahan dibulan ini maka kedua mempelai akan
kaya dan menemui kebahagiaan yang tak terkira.
Selain bulan
untuk melangsungkan upacara pernikahan dalam Kitab Primbon Badaljemur Adammakna
juga dijelaskan tentang pengantin laki-laki akan ijab (Nikah)
* Penganten Lanang
arep ijab(Nikah)
“ Penganten lanang yen arep
ijab, penganggone kulukan lan kampuhan, utowo bebedan lan iket iketan, mung bae
ora kena menganggo kang bangsane mas-masan, ugo ora keno nganngo jarek utowo
iket kang batikane nganggo manuk, kupu lan liya-liyane, (bathikan kang nganggo corak kewan urip)
keris pendoke swasa, perak utowo liya-liyane uger dudu mas, lan uga penganten
durung kena kerik”
Maksudnya adalah
penganti laki-aki yang mau melangsungkan ijab (Nikah), boleh memakai peci, atau sarung dan blangkon,
tapi tidak boleh memakai perhiasan (Mas), dan tidak boleh memakai sarung atau
blangkon yang batiknya bergambar burung, kupu-kupu, dll (batik yang bercorak
binatang hidup), boleh membawa keris yang terbuat baja, perak, yang penting
tidak terbuat dari emas.
Masyarakat Srikandang banyak
yang mempercayainya dan bahkan jika mau melakukan upacara-upacara penting
seperti, nikah, sunatan, membuat rumah atau pindah rumah itu harus datang
kerumah seorang Paranormal untuk meminta hari yang pas dan tidak menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan, jika melakukan upacara-upacara tersebut tidak
mendapatkan hari yang sesuai maka akan ada resiko yang harus ditanggung oleh
orang yang melakukan upacara tersebut. Meskipun masyarakat sangat memegang
teguh dengan adat istidat namun tidak menutup kemungkinan untuk bisa mengikuti
kemajuan zaman namun tidak meninggalkan adat dan peraturan atau aturan adat
setempat, “ penulis menyadari bahwa jika orang yang hidup didesa itu
persatuannya sangat kuat untuk bermasyarakat dan mempunyai jiwa sosial yang
sangat tinggi”.
Mbah Dhori Adalah seorang
Paranormal dari desa Pendem kecamatan kembang menuturkan Bahwa “ adat istiadat
kejawen iku yo sanepaning urep lan orak mlenceng kok syariat agomo islam, uwong jowo orak iso ninggalno adat jowone
mergo kuwi warisan leluhur jowo seng kudu diurep-urep”. Maksudnya adatistiadat
jawa itu ibarat atau pribahasanya orang hidup didunia dan tidak melanggar dari
ajaran agama islam, orang jawa tidak bisa meninggalkan adat jawanya karena itu
merupakan warisan nenek moyang jawa yang harus dilestarikan. Penuturan itu
sangat pas karejangan sampi orang itu meninggalkan atau melupakan kebudayaannya
sendiri.
Pak Sholikhul Hadi adalah
Warga biasa dari masyarakat srikandang menuturkan tentang buku primbon, “
ngomong masalah kejawen iku oleh karo sopo wae tapi kudu dideloi disek wong iku
paham seng dimaksud opo orak lan ojo sampek
salah pemahaman salah ucap wae iso dadeake syirik nek pancen orak reti
sisan rak reti nek reti sisan reti ojo mogol” Maksudnya adalah berbicara
masalah adat kejawen itu boleh dengan siapa saja tapi harus memperhatikan dulu
siapa itu orang itu paham apa tidak yang dimaksudkan dan jangan sampai orang
itu salah arti dan salah megatakan karena bisa menjadi syirik kalau memang
tidak tau mending tidang tau, jika memang tau jangan sampai tau
setengah-setengah. Memang mempelajari adatistidat kejawen itu tidak mudah
karena dalam ajaran jawa itu merupakan istilah-istilah yang harus ditafsirkan
dan harus ada yang mendampingi dalam menafsirkannya.
Kebanyakan masyarakat srikandang
percaya dan meyakini dengan apa yang terdapat didalam kitab primbon tersebut,
akan tetapi masyarakat juga meyakini bahwa segala sesuatu itu sudah ada yang
mengatur yaitu tuhan, kitab primbon hanyalah sebuah kitab yang dikarang oleh
manusia dengan menganalisa kejadian-kejadian dan kebiasaan, adat istuadat
bukanlah untuk ditinggalkan atau diabaikan tetapi untuk dilestarikan karena itu
merupakan warisan leluhur atau nenek moyang kita terdahulu, yang tertulis
diatas itu hanya merupakan bagian yang paling dasar karena kalau ditulis secara
keseluruhan maka akan menumbulkan kontrofersi bagi orang yang belum memahami
apa itu primbon itu dan seperti apa primbon itu.
7 komentar:
ncen mbah dukun
Waktu kecil aku sering baca kitab yang asli. Ko ga gila ya?
Upz
makasih udah mbantu tugas kami
Terima kasih byk yg tak terhingga dari kami, artikel ini sangat membantu sebagai refrensi tugas di dunia pendidikan dlm menjaga kelestarian warisan leluhur, kususnya di tanah jawa.. .Mohon tuk di tambah lg materi yg di bahas, supaya semakin lengkap. .
Ini notulist nya org jepara to? Kok nyinggung srikandang sama pendem? Ahahhaha
Izin mengamalkan pak nadzib
Posting Komentar